Bagaimana Cara Singapura Mengatasi Sempitnya Wilayah?

Singapura adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki wilayah yang sangat kecil, hanya sekitar 693 km². Akan tetapi negara ini termasuk dalam negara maju yang memiliki penduduk yang padat dan ekonomi yang berkembang. Lalu, bagaimana cara Singapura mengatasi sempitnya wilayah? Simak penjelasannya di bawah ini.

  1. Reklamasi
    Reklamasi adalah proses penambahan tanah dengan cara membangun daratan tambahan di atas laut. Singapura melakukan reklamasi untuk menambah luas wilayahnya tanpa mengganggu wilayah negara tetangga. Dengan reklamasi, Singapura bisa memanfaatkan lahan tambahan untuk berbagai keperluan, seperti permukiman, industri, dan pariwisata. Menurut data dari Geospatial World, luas wilayah Singapura bertambah sekitar 25% dari tahun 1960 hingga 2018 karena reklamasi.
  2. Pembangunan Vertikal
    Pembangunan vertikal adalah strategi memanfaatkan ruang ke atas dengan cara membangun gedung-gedung tinggi. Singapura menerapkan strategi ini untuk menghemat lahan dan menampung banyak orang dalam satu gedung. Gedung-gedung tinggi di Singapura bisa berfungsi sebagai kantor, apartemen, hotel, pusat perbelanjaan, dan fasilitas umum lainnya. Menurut data dari Emporis, Singapura memiliki sekitar 4.300 gedung tinggi dengan tinggi lebih dari 35 meter.
  3. Penghematan Lahan
    Penghematan lahan adalah cara mengurangi penggunaan lahan yang tidak efisien dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang ada. Singapura melakukan penghematan lahan dengan cara meningkatkan fungsi ruang dalam gedung, menggunakan teknologi canggih, dan mengurangi kebutuhan lahan untuk transportasi. Contohnya, Singapura memiliki sistem transportasi publik yang efisien dan ramah lingkungan, seperti MRT, LRT, bus, dan taksi. Dengan transportasi publik ini, kamu tidak perlu memiliki kendaraan pribadi yang membutuhkan lahan untuk parkir.
  4. Pembangunan Hijau
    Pembangunan hijau adalah cara mengembangkan kota tanpa mengorbankan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Singapura menerapkan pembangunan hijau dengan cara melestarikan ruang hijau di tengah kota, seperti taman, hutan kota, dan kebun binatang. Selain itu, Singapura juga membangun gedung-gedung ramah lingkungan yang memiliki desain dan fasilitas yang hemat energi dan air. Dengan pembangunan hijau ini, Singapura bisa menjaga kualitas udara dan iklim kota.

Itulah beberapa cara yang dilakukan oleh Singapura untuk mengatasi sempitnya wilayah. Dengan strategi-strategi tersebut, Singapura berhasil menciptakan kota yang modern, nyaman, dan berkelanjutan. Untuk penjelasan lebih detail simak dibawah ya!

Reklamasi

Reklamasi adalah proses menambah daratan baru dengan menimbun perairan sekitar. Singapura adalah salah satu negara yang banyak melakukan reklamasi karena memiliki luas daratan yang terbatas dan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Reklamasi di Singapura dimulai sejak abad ke-19 dan semakin intens sejak tahun 1960-an. Hingga tahun 2010, Singapura berhasil menambah luas daratannya sebesar 25 persen dari 580 km persegi menjadi 760 km persegi.

Reklamasi di Singapura dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengimpor batu, semen, dan pasir dari negara-negara tetangga, mengeringkan lahan basah, dan menggabungkan pulau-pulau hasil reklamasi menjadi dataran yang luas. Reklamasi di Singapura bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penduduk, pelabuhan, perdagangan, industri, dan pemerintahan yang terus berkembang. Reklamasi juga dimanfaatkan untuk melestarikan sejarah dan budaya setempat.

Reklamasi di Singapura memiliki keuntungan dan kekurangan. Keuntungan reklamasi adalah dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas wilayah Singapura untuk berbagai kepentingan. Reklamasi juga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Singapura. Kekurangan reklamasi adalah dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, seperti kerusakan ekosistem laut, erosi pantai, pencemaran air, dan perubahan iklim mikro. Reklamasi juga dapat menimbulkan konflik dengan negara-negara tetangga, seperti Indonesia, karena masalah batas wilayah laut dan sumber daya alam.

Pembangunan Vertikal

Pembangunan vertikal adalah strategi membangun bangunan tinggi yang bisa menampung banyak fungsi dalam satu lokasi. Pembangunan vertikal biasanya dilakukan di kota-kota besar yang memiliki keterbatasan lahan dan kepadatan penduduk yang tinggi. Singapura adalah salah satu contoh negara yang menerapkan pembangunan vertikal secara intensif.

Di Singapura, pembangunan vertikal tidak hanya berupa gedung-gedung perkantoran atau pusat perbelanjaan, tetapi juga perumahan, fasilitas sosial, dan ruang publik. Salah satu proyek pembangunan vertikal yang terkenal di Singapura adalah Kampung Admiralty, yang merupakan kompleks terpadu yang menyediakan hunian, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan komersial dalam satu bangunan . Konsep ini bertujuan untuk menciptakan komunitas yang harmonis dan inklusif di tengah kota yang padat.

Secara umum, pembangunan vertikal memiliki beberapa keuntungan atau manfaat, antara lain:

  • Menghemat lahan dan mengurangi penggunaan lahan yang tidak produktif.
  • Meningkatkan efisiensi dan mobilitas dengan menghubungkan berbagai fungsi dalam satu lokasi.
  • Mengurangi polusi udara dan emisi karbon dengan mengurangi kebutuhan transportasi.
  • Menciptakan ikon kota dan meningkatkan nilai estetika.

Namun pembangunan vertikal juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

  • Memerlukan biaya yang tinggi untuk pembangunan dan pemeliharaan.
  • Menimbulkan masalah sosial seperti kesenjangan, isolasi, dan kehilangan identitas.
  • Meningkatkan resiko bencana seperti gempa bumi dan kebakaran.
  • Mengurangi ruang terbuka hijau dan sinar matahari.

Penghematan Lahan

Singapura adalah negara yang terkenal dengan keterbatasan lahan. Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat Singapura berusaha untuk menghemat lahan dengan berbagai cara. Salah satu contoh penghematan lahan secara detail adalah pembangunan Tuas Nexus, sebuah pabrik pengolahan air dan limbah padat yang terintegrasi. Proyek ini menggabungkan dua fasilitas yang sebelumnya terpisah, yaitu Pabrik Reklamasi Air Tuas dan Fasilitas Pengelolaan Limbah Terpadu. Dengan demikian, proyek ini dapat menghemat lahan hingga 2,6 hektare, setara dengan empat lapangan sepak bola.

Selain itu proyek ini juga dapat mengurangi emisi karbon dioksida sebanyak 200 ribu ton per tahun, setara dengan menghilangkan 42,5 ribu mobil dari jalanan Singapura. Contoh lain penghematan lahan adalah penggabungan depo MRT dan bus di Singapura. Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur Singapura Khaw Boon Wan mengatakan, jika depo MRT dan bus dibangun terpisah, maka dibutuhkan lahan tambahan hingga 44 hektare, atau dua kali lipat luas Terminal 4 Bandara Changi. Dengan menggabungkan depo MRT dan bus, Singapura dapat menghemat anggaran sebesar Rp 20 triliun.

Contoh lainnya adalah pengembangan pertanian vertikal di Singapura. Karena lahan di Singapura tidak luas, maka pemerintah dan masyarakat Singapura memanfaatkan atap bangunan untuk menanam sayuran dan hasil kebun yang bisa dijual. Strategi ini sudah mulai membuahkan hasil, karena Singapura dapat meningkatkan produksi pangan lokalnya. Selain pertanian vertikal, Singapura juga mengembangkan konsep zero waste nation atau negara tanpa sampah. Singapura berhasil mendaur ulang 4,25 juta ton limbah padat pada tahun 2019, dan berencana untuk meningkatkan angka ini dengan berbagai program dan inovasi.

Keuntungan atau manfaat dari penghematan lahan di Singapura adalah sebagai berikut:

  • Mengurangi ketergantungan pada impor pangan dan energi dari luar negeri
  • Meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat
  • Mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan
  • Menjaga keamanan nasional dan kedaulatan wilayah

Kekurangan atau tantangan dari penghematan lahan di Singapura adalah sebagai berikut:

  • Membutuhkan biaya yang besar untuk investasi dan operasional
  • Memerlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, swasta, dan masyarakat
  • Menghadapi risiko teknis dan non-teknis yang dapat mengganggu proses penghematan lahan
  • Membutuhkan perubahan perilaku dan budaya masyarakat yang sesuai dengan konsep penghematan lahan

Pembangunan Hijau

Pembangunan hijau adalah konsep yang mengintegrasikan aspek-aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam perencanaan, desain, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan bangunan. Pembangunan hijau bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, serta meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Singapura adalah salah satu negara yang giat menerapkan pembangunan hijau dalam berbagai sektor, terutama perumahan, transportasi, dan pariwisata. Beberapa contoh bangunan hijau yang ada di Singapura adalah:

  • Jewel Changi Airport: Bandara ini memiliki air terjun dalam ruangan tertinggi di dunia yang dapat mengumpulkan air hujan dari badai untuk digunakan kembali. Bandara ini juga dilengkapi dengan 2.000 pepohonan dan 100.000 semak belukar sehingga mampu menciptakan sebuah ekosistem hijau di tengah perkotaan.
  • Oasia Hotel Downtown: Hotel ini memiliki fasad berwarna merah yang ditutupi oleh tanaman hijau dan tanaman berbunga yang merambat. Hotel ini juga memiliki empat teras langit yang menampilkan suasana rimbun, serta sistem ventilasi silang yang mengurangi biaya energi.
  • Marina Bay Sands: Hotel ini memiliki atap berbentuk kapal yang menampung kolam renang terpanjang di dunia, taman hijau seluas dua hektar, dan panel surya yang menghasilkan listrik untuk hotel. Hotel ini juga menggunakan sistem daur ulang air limbah dan air hujan untuk menyiram tanaman dan membersihkan fasilitas.
  • Gardens by the Bay: Taman ini memiliki 18 pohon buatan raksasa yang ditumbuhi oleh tanaman tropis dan subtropis. Pohon-pohon ini juga berfungsi sebagai penangkap air hujan, penyalur angin, dan pembangkit listrik tenaga surya. Taman ini juga memiliki dua kubah raksasa yang meniru iklim Mediterania dan hutan hujan tropis.
  • School of the Arts (SOTA): Sekolah ini memiliki desain bangunan yang memaksimalkan pencahayaan alami, sirkulasi udara, dan penghijauan. Sekolah ini juga memiliki atap yang berfungsi sebagai ruang belajar terbuka, taman, dan tempat pertunjukan seni. Sekolah ini juga menggunakan sistem pengumpul air hujan dan penjernih air limbah untuk keperluan sanitasi.

Data mengenai pembangunan hijau di Singapura dapat dilihat dari beberapa indikator berikut:

  • Persentase bangunan hijau terhadap total bangunan: 43% pada tahun 2020.
  • Penghematan energi akibat pembangunan hijau: 19.200 GWh atau setara dengan 10,4 juta ton emisi karbon dioksida pada tahun 2020.
  • Penghematan air akibat pembangunan hijau: 39 juta meter kubik atau setara dengan 15.600 kolam renang Olimpiade pada tahun 2020.
  • Indeks Kinerja Lingkungan (EPI): 85,6 atau peringkat keempat di dunia pada tahun 2020.

Itu dia penjelasan lengkap tentang Baaimana cara Singapura mengatasi sempitnya wilayah, bagaimana? sudah mengerti apa belum hehe, semoga artikel ini bisa membantu! Sampai jumpa~

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments