Di era di mana media sosial seperti TikTok mendominasi waktu luang dengan algoritma yang “mengikat” pengguna, seorang developer asal New York, Isaac Gemal, menawarkan alternatif unik: WikiTok. Platform ini menggabungkan antarmuka scroll vertikal ala TikTok dengan konten edukatif dari Wikipedia. Tujuannya sederhana: memungkinkan pengguna menjelajahi pengetahuan secara acak, tanpa algoritma yang memengaruhi minat atau kebiasaan mereka
Bagaimana WikiTok bekerja, dan mengapa proyek ini disebut sebagai “pelarian” dari jerat algoritma? Mari kita telusuri lebih dalam.
Cara Kerja WikiTok, Scroll Tanpa Batas untuk Pengetahuan
WikiTok dirancang dengan antarmuka yang mirip TikTok. Pengguna hanya perlu menggeser layar ke atas atau bawah untuk berpindah dari satu artikel Wikipedia ke artikel lainnya. Setiap “kartu” yang muncul menampilkan gambar, judul, dan cuplikan singkat dari artikel Wikipedia. Jika tertarik, pengguna bisa mengeklik “Read More” untuk membaca artikel lengkap di situs Wikipedia.
Yang membedakan WikiTok dari platform lain adalah ketiadaan algoritma rekomendasi. Artikel yang ditampilkan benar-benar acak, diambil langsung dari API Wikipedia. Misalnya, setelah membaca tentang Danau Fianga di Chad, pengguna mungkin langsung dihadapkan dengan artikel tentang teknologi kuantum atau sejarah kerajaan Jawa.
Fitur lain yang menarik adalah dukungan 14 bahasa, termasuk Indonesia. Pengguna bisa mengganti bahasa melalui menu di sudut kanan atas, memungkinkan eksplorasi pengetahuan dalam bahasa yang mereka kuasai.
Filosofi di Balik WikiTok, Melawan Algoritma yang Mengontrol
![](https://diringkas.com/wp-content/uploads/2025/02/wikitok-2-1024x576.jpg)
Isaac Gemal, sang developer, dengan tegas menolak permintaan pengguna untuk menambahkan algoritma rekomendasi. Dalam wawancara dengan Ars Technica, ia menyatakan, “Kita sudah dikendalikan oleh algoritma yang kejam dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa tidak bisa ada satu sudut kecil di dunia ini yang bebas dari mereka?”.
Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran akan dampak algoritma media sosial yang seringkali membatasi wawasan pengguna hanya pada konten sesuai minat mereka. Dengan WikiTok, Gemal ingin menciptakan ruang di mana pengguna tersesat dalam keacakan sebuah pengalaman yang justru memicu rasa ingin tahu dan pembelajaran tak terduga.
Dibangun dalam Satu Malam dengan Bantuan AI
![](https://diringkas.com/wp-content/uploads/2025/02/wikitok-3-1024x576.jpg)
Menariknya, WikiTok bukanlah proyek rumit yang dikerjakan berbulan-bulan. Gemal mengembangkan platform ini hanya dalam 2 jam menggunakan alat bantu AI seperti Claude dari Anthropic dan Cursor. Ia memanfaatkan API Wikipedia untuk mengambil artikel acak dan merancang antarmuka dengan React, TypeScript, dan Tailwind CSS.
Kode WikiTok juga terbuka untuk umum di GitHub, memungkinkan developer lain berkontribusi atau membuat versi modifikasi. Saat ini, WikiTok sudah bisa diakses melalui browser desktop atau ponsel, bahkan bisa diinstal sebagai aplikasi mandiri (PWA).
Respons Pengguna
![](https://diringkas.com/wp-content/uploads/2025/02/wikitok-4-1024x576.jpg)
Sejak diluncurkan, WikiTok menuai pujian sebagai alternatif “sehat” untuk menghabiskan waktu. Sebagian pengguna mengaku kecanduan scroll tanpa henti, tetapi merasa lebih produktif karena terpapar fakta-fakta baru.
Di forum Hacker News, seorang pengguna berkomentar, “Ini seperti membuka ensiklopedia secara acak, Anda tidak pernah tahu apa yang akan ditemukan, dan itu yang membuatnya menarik”. Namun ada juga yang meragukan daya tarik WikiTok dibandingkan konten viral TikTok. “Mempelajari sejarah Schwenkles mungkin tidak semenarik tantangan #SmoreChallenge, tapi setidaknya ini tidak merusak mental,” tulis seorang komentator di Ars Technica.
Masa Depan WikiTok, Tetap Acak atau Tambah Fitur?
![](https://diringkas.com/wp-content/uploads/2025/02/wikitok-5-1024x576.jpg)
Meski Gemal berkomitmen mempertahankan sifat acak WikiTok, ia terbuka terhadap ide pengembangan seperti sistem tagging atau integrasi AI untuk kategorisasi artikel . Namun ia menegaskan bahwa algoritma rekomendasi personalisasi tidak akan pernah ditambahkan.
“Proyek ini adalah perlawanan terhadap algoritma. Saya tidak ingin WikiTok menjadi seperti TikTok yang menjebak pengguna dalam gelembung konten,” tegasnya.
Kesimpulan
WikiTok membuktikan bahwa platform digital tidak harus selalu mengikuti logika algoritma. Dengan desain sederhana dan konten berbasis pengetahuan, proyek ini menawarkan cara baru untuk menjelajahi informasi tanpa manipulasi data atau tracking.
Bagi mereka yang lelah dengan feed media sosial yang repetitif, WikiTok bisa menjadi oase yang menyegarkan. Seperti kata Gemal, “Terkadang, keacakan justru membuka pintu untuk hal-hal yang tidak pernah kita sadari ingin kita pelajari.”.
![](https://diringkas.com/wp-content/uploads/2023/06/ssK-yqxf_400x400.jpg)