Halo, sobat Diringkas! Apakah kamu pernah bertanya-tanya mengapa 80% Selandia Baru kosong? Ya, kamu tidak salah baca. Hampir sebagian besar wilayah daratan negara ini tidak dihuni oleh manusia. Padahal, Selandia Baru terkenal dengan keindahan alamnya yang luar biasa, iklimnya yang nyaman, dan budayanya yang kaya. Lalu, apa yang menyebabkan negara ini sepi dari penduduk? Simak penjelasan berikut ini!
Sejarah Singkat Selandia Baru
Sebelum kita membahas alasan mengapa 80% Selandia Baru kosong, ada baiknya kita mengenal sedikit sejarah negara ini. Selandia Baru adalah salah satu negara di Oseania yang terdiri dari dua pulau utama, yaitu Pulau Utara dan Pulau Selatan, serta beberapa pulau kecil lainnya. Nama New Zealand (Selandia Baru) diberikan oleh kartografer Belanda pada abad ke-17, yang terinspirasi dari nama provinsi Zeeland di Belanda.
Suku bangsa yang menjadi pemukim pertama di Selandia Baru adalah orang-orang Maori, yang datang antara tahun 950-1300 dari Polinesia Timur. Mereka membentuk berbagai suku dan budaya yang berbeda-beda di seluruh pulau. Orang-orang Eropa mulai datang ke Selandia Baru pada abad ke-17, terutama dari Inggris, Skotlandia, Irlandia, dan Wales. Mereka membawa pengaruh budaya, bahasa, agama, dan hukum mereka ke negara ini.
Pada tahun 1840, perwakilan dari Kerajaan Inggris dan para pemimpin Maori menandatangani Perjanjian Waitangi, yang dianggap sebagai dokumen pendirian negara Selandia Baru. Perjanjian ini mengakui kedaulatan Inggris atas Selandia Baru, tetapi juga memberikan hak-hak tertentu kepada orang-orang Maori sebagai penduduk asli. Namun, perjanjian ini juga menimbulkan banyak konflik dan ketidaksetaraan antara kedua kelompok tersebut.
Selandia Baru menjadi koloni Inggris pada tahun 1841, dan kemudian menjadi dominion pada tahun 1907. Pada tahun 1947, Selandia Baru menjadi negara merdeka yang sepenuhnya berdaulat dalam Persemakmuran Bangsa-Bangsa. Selandia Baru memiliki sistem pemerintahan parlementer dengan Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
Alasan Mengapa 80% Selandia Baru Kosong
Nah, setelah kita mengetahui sejarah singkat Selandia Baru, mari kita kembali ke pertanyaan awal kita: mengapa 80% Selandia Baru kosong? Ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan fenomena ini, antara lain:
Geografis
Salah satu alasan utama mengapa 80% Selandia Baru kosong adalah karena kondisi geografisnya yang tidak mendukung untuk pemukiman manusia. Sebagian besar wilayah daratan Selandia Baru adalah pegunungan dan bukit-bukit yang curam dan sulit diakses. Selain itu, ada juga banyak gunung berapi aktif dan rawan gempa bumi di negara ini.
Menurut data dari CIA World Factbook, hanya sekitar 5,3% dari luas daratan Selandia Baru yang bisa digunakan untuk pertanian, sedangkan sisanya adalah hutan, padang rumput, rawa-rawa, danau, sungai, gletser, dan salju. Jadi, tidak heran jika sebagian besar penduduk Selandia Baru tinggal di daerah pesisir atau dataran rendah yang lebih subur dan mudah dijangkau.
Demografis
Alasan lain mengapa 80% Selandia Baru kosong adalah karena jumlah penduduknya yang relatif sedikit dibandingkan dengan luas wilayahnya. Menurut data dari Worldometer, pada tahun 2021, populasi Selandia Baru diperkirakan sekitar 4,9 juta jiwa, dengan kepadatan penduduk sekitar 18 orang per km2. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangganya di Oseania, seperti Australia (3 orang per km2) dan Papua Nugini (19 orang per km2), Selandia Baru masih tergolong padat. Namun, jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia, seperti Indonesia (147 orang per km2) dan India (464 orang per km2), Selandia Baru terlihat sangat sepi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk Selandia Baru adalah tingkat kelahiran dan kematian yang rendah. Menurut data dari CIA World Factbook, pada tahun 2020, angka kelahiran Selandia Baru adalah 12,5 per 1000 penduduk, sedangkan angka kematian adalah 7 per 1000 penduduk. Ini berarti bahwa pertumbuhan penduduk Selandia Baru sangat lambat dan tidak cukup untuk mengisi wilayah daratannya yang luas.
Selain itu, ada juga faktor migrasi yang berpengaruh. Banyak orang Selandia Baru yang memilih untuk pindah ke negara lain, terutama Australia, untuk mencari peluang kerja dan pendidikan yang lebih baik. Menurut data dari Statistics New Zealand, pada tahun 2019, ada sekitar 53.000 orang Selandia Baru yang beremigrasi ke luar negeri secara permanen atau jangka panjang, sedangkan hanya ada sekitar 32.000 orang asing yang bermigrasi ke Selandia Baru.
Ekonomis
Alasan ketiga mengapa 80% Selandia Baru kosong adalah karena faktor ekonomis. Meskipun Selandia Baru termasuk negara maju dengan pendapatan per kapita yang tinggi, namun biaya hidup di negara ini juga sangat mahal. Menurut data dari Numbeo, indeks biaya hidup di Selandia Baru pada tahun 2021 adalah 74,93, yang berarti lebih mahal daripada rata-rata dunia (50). Salah satu komponen biaya hidup yang paling mahal di Selandia Baru adalah perumahan. Menurut data dari Global Property Guide, harga rata-rata rumah di Selandia Baru pada tahun 2020 adalah sekitar NZD 725.000 (sekitar Rp 7 miliar), sedangkan rata-rata sewa bulanan untuk apartemen satu kamar di pusat kota adalah sekitar NZD 1.800 (sekitar Rp 18 juta).
Biaya hidup yang tinggi ini membuat banyak orang Selandia Baru tidak mampu atau tidak mau untuk tinggal di daerah-daerah terpencil atau pedesaan yang jauh dari fasilitas umum dan kesempatan kerja. Mereka lebih memilih untuk tinggal di daerah perkotaan atau suburban yang lebih modern dan berkembang. Menurut data dari World Bank, pada tahun 2019, sekitar 86% penduduk Selandia Baru tinggal di daerah perkotaan.
Kesimpulan dan Penutup
Tentunya, setelah memahami alasan-alasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Selandia Baru memiliki kondisi geografis yang tidak mendukung untuk pemukiman manusia, jumlah penduduk yang relatif sedikit dibandingkan dengan luas wilayahnya, serta biaya hidup yang tinggi. Semua faktor ini berperan dalam menjelaskan mengapa 80% Selandia Baru kosong. Sekarang sudah tau kan! Jika ada pertanyaan bisa langsung tulis di kolom komentar, akan secepatnya saya balas. Terima kasih sudah membaca sejauh ini! Sampai jumpa di artikel lainnya 😀
Writer and proudly owner of Diringkas.com!
I like to Staying up-to-date with the latest tech advancements, playing video games, discovering new games, and writing about them.