Banyak orang sering mencampuradukkan istilah anarki, anarkis, dan anarkisme. Padahal ketiganya punya makna dan fungsi berbeda, baik secara kata maupun sebagai konsep politik dan sosial. Artikel ini akan menjelaskan arti masing-masing istilah, mengungkap asal usulnya, serta menunjukkan mengapa penggunaan yang tepat penting agar kita tidak salah kaprah saat membahas gerakan atau situasi kerusuhan.
Menyingkap Esensi Anarki
Anarki bukan sekadar istilah untuk kerusuhan; secara harfiah ia bermakna kondisi tanpa pemerintahan atau otoritas yang memaksa. Dari akar kata Yunani an (“tanpa”) dan archos (“penguasa”), anarki menggambarkan kebebasan penuh, suatu tatanan di mana setiap individu hidup tertib tanpa campur tangan negara. Di samping dipahami sebagai kekacauan, dalam wacana filsafat politik anarki justru kerap dijelaskan sebagai visi masyarakat yang mandiri, egaliter, dan bebas dari hirarki otoritas.
Arti Anarki

Secara harfiah, anarki artinya ketiadaan pemerintahan, undang-undang, peraturan, atau ketertiban dalam suatu negara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah ini juga dipakai untuk menggambarkan kondisi kacau yang terjadi ketika tidak ada otoritas yang berwenang mengatur masyarakat.
Etymologi kata anarki berasal dari bahasa Yunani: awalan an (“tiada” atau “tanpa”) dan archos (“penguasa” atau “peraturan”). Secara etimologis, anarki berarti “tanpa penguasa” atau “melawan kekuasaan”. Dalam pemikiran Andrea Gaviota, anarki bukan sekadar kekacauan, melainkan gambaran kebebasan penuh tanpa otoritas, yaitu tatanan sosial di mana individu hidup tertib tanpa campur tangan negara.
Dengan demikian, anarki bisa dipahami dua hal sekaligus: keadaan tanpa pemerintahan dan gagasan hidup bebas dari hierarki otoritas.
Arti Anarkis

Anarkis adalah kata sifat atau gelar untuk orang atau kelompok yang menganut paham anarkisme, atau yang melakukan tindakan anarki. Dalam KBBI, anarkis didefinisikan sebagai penganjur atau penganut paham anarkisme, serta pelaku tindakan tanpa aturan tersebut.
Kelompok anarkis kerap digambarkan sebagai kaum pemberontak yang menentang struktur politik, tapi bukan sekadar penjarah tanpa tujuan. Justru, banyak anarkis memiliki visi masyarakat setara (egaliter) dan bebas dari penindasan, mereka mendorong diskusi tentang organisasi politik dan menuntut kebebasan serta keadilan universal.
Istilah “kaum anarkis” sering dipakai untuk menyebut mereka yang aktif melakukan aksi protes atau unjuk rasa menentang otoritas. Meskipun kadang konotasinya dipersepsikan negatif, anarkis sebetulnya merujuk pada pelaku dengan tujuan ideologis tertentu, bukan sekadar kerusuhan belaka.
Arti Anarkisme

Anarkisme adalah sebuah ajaran atau paham politik yang menolak keberadaan negara dan semua bentuk kekuasaan negara yang dipandang mengekang kebebasan individu. Dalam KBBI, anarkisme diartikan sebagai pandangan politik yang menekankan ketertiban tanpa pemerintah dan damai tanpa kekerasan.
Secara historis, anarkisme muncul sebagai reaksi terhadap ketidakadilan sosial dan kesenjangan ekonomi pada akhir abad ke-19 di Eropa dan Amerika Utara. Tokoh seperti Mikhail Bakunin, Peter Kropotkin, dan Emma Goldman mengembangkan gagasan bahwa masyarakat bisa membangun norma dan kerjasama tanpa struktur hierarki yang menindas. Mereka percaya manusia pada dasarnya berbudi luhur dan mampu mengatur diri dalam komunitas egaliter.
Prinsip dasar anarkisme meliputi:
- Kebebasan individu tanpa intervensi negara.
- Kemandirian komunitas untuk mengelola diri sendiri.
- Penolakan terhadap otoritas yang memusatkan kekuasaan.
- Solidaritas dan kerjasama horizontal antar anggota masyarakat.
Dengan begitu, anarkisme bukan sekadar pandangan anti-pemerintah, melainkan visi tentang masyarakat bebas, setara, dan adil tanpa hierarki.
Kebingungan dan Dampak Salah Kaprah Istilah

Penggunaan istilah anarki, anarkis, dan anarkisme sering tercampur dalam pemberitaan demo atau kerusuhan. Pemerintah dan media kadang melabeli aksi rusuh sebagai “anarkis” atau menyebut situasi huru-hara sebagai “anarkisme” padahal keduanya berbeda konteks. Akhirnya, publik menganggap ketiganya identik dengan kekerasan dan kerusakan.
Kesalahpahaman ini punya dampak serius. Istilah yang keliru memicu stigma negatif terhadap gerakan sosial yang sejatinya berlandaskan gagasan kebebasan dan keadilan. Sebaliknya, tindakan kriminal tanpa ideologi bisa disematkan pada paham anarkisme, sehingga pemahaman publik tentang hak-hak sipil dan kritik politik jadi kabur.
Kesimpulan
Anarki merupakan kondisi tanpa pemerintah atau gagasan kebebasan penuh tanpa otoritas, sedangkan anarkis merujuk pada pelaku atau penganut paham anarkisme, bukan sekadar pelaku kerusuhan tanpa arah, dan anarkisme adalah paham politik yang menolak keberadaan negara serta mengutamakan kebebasan dan prinsip egalitarian.
Memahami perbedaan ini penting agar kita dapat membedakan antara situasi huru-hara dan gerakan politis yang berlandaskan visi sosial, oleh karena itu saat menulis atau berbicara, gunakan istilah “anarki” untuk merujuk pada ketiadaan aturan, “anarkis” untuk menggambarkan individu atau kelompok penganut paham tersebut, serta “anarkisme” ketika membahas ideologi atau ajaran politik, sehingga diskusi tentang kebebasan, pemerintahan, dan hak sipil menjadi lebih jelas dan bermakna.
