Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi sorotan setelah menyatakan bahwa ia telah menemukan sekelompok orang yang sangat kaya untuk membeli TikTok dan mempertahankan aplikasi tersebut tetap beroperasi di Amerika Serikat. Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan antara pemerintah AS dan perusahaan induk TikTok, ByteDance, yang berbasis di Tiongkok.
Trump menyampaikan kabar ini dalam wawancara dengan Fox News pada akhir Juni 2025. Ia menyebut bahwa identitas para calon pembeli akan diumumkan dalam waktu dua minggu ke depan. Meski belum menyebutkan nama, Trump yakin bahwa kelompok ini memiliki kekuatan finansial dan pengaruh yang cukup untuk menyelesaikan akuisisi tersebut.
Latar Belakang Masalah TikTok di AS
TikTok telah lama menjadi sorotan pemerintah AS karena dianggap berpotensi membahayakan keamanan nasional. Pemerintah khawatir data pengguna Amerika bisa diakses oleh pemerintah Tiongkok melalui ByteDance. Karena alasan ini, Kongres AS mengesahkan undang-undang pada tahun 2024 yang mewajibkan ByteDance untuk menjual aset TikTok di AS atau menghadapi pemblokiran total.
Awalnya, TikTok diberi batas waktu hingga 19 Januari 2025 untuk menyelesaikan proses divestasi. Namun Trump telah memperpanjang tenggat waktu tersebut sebanyak tiga kali, dan kini batas waktu baru ditetapkan hingga 17 September 2025.
Siapa Calon Pembelinya?

Trump menyebut bahwa pembeli TikTok adalah “sekelompok orang yang sangat kaya,” namun ia belum mengungkapkan siapa mereka. Ia hanya mengatakan bahwa pengumuman resmi akan dilakukan dalam dua minggu ke depan. Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa konsorsium investor asal AS seperti Oracle, Blackstone, dan Andreessen Horowitz mungkin terlibat, namun belum ada konfirmasi resmi.
Trump juga menyatakan bahwa kesepakatan ini kemungkinan besar membutuhkan persetujuan dari pemerintah Tiongkok. Ia optimis Presiden Xi Jinping akan memberikan lampu hijau untuk transaksi ini.
Strategi Politik atau Kepentingan Ekonomi?

Menariknya, Trump yang sebelumnya dikenal sebagai salah satu tokoh yang paling vokal menentang TikTok, kini justru terlihat ingin menyelamatkan aplikasi tersebut. Dalam wawancara yang sama, ia mengakui bahwa TikTok telah membantunya mendapatkan dukungan dari pemilih muda dalam pemilu presiden tahun lalu.
Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah langkah Trump ini murni demi kepentingan ekonomi dan keamanan nasional, atau ada strategi politik di baliknya? Beberapa analis menilai bahwa Trump melihat potensi besar TikTok sebagai alat kampanye dan komunikasi dengan generasi muda.
Tantangan yang Masih Menghadang

Meskipun Trump telah menemukan calon pembeli, proses akuisisi TikTok tidak akan mudah. Selain harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah Tiongkok, kesepakatan ini juga harus melewati berbagai proses hukum dan regulasi di AS. Apalagi, hubungan dagang antara AS dan Tiongkok sedang tidak stabil, terutama setelah Trump mengumumkan tarif baru terhadap barang-barang impor dari Tiongkok.
Sebelumnya, rencana untuk memisahkan operasi TikTok di AS menjadi perusahaan baru yang berbasis di Amerika sempat disusun. Namun rencana tersebut tertunda karena keberatan dari pihak Tiongkok.
Apa Dampaknya bagi Pengguna TikTok?

Bagi pengguna TikTok di AS, kabar ini tentu menjadi angin segar. Jika akuisisi berhasil dilakukan, maka aplikasi ini bisa terus beroperasi tanpa gangguan. Namun jika kesepakatan gagal dan ByteDance tidak bisa memenuhi persyaratan hukum, maka TikTok bisa saja diblokir secara permanen di AS.
Hal ini juga bisa berdampak pada pengguna global, termasuk di Indonesia. Sebagai salah satu aplikasi media sosial paling populer di dunia, nasib TikTok di AS bisa memengaruhi arah kebijakan dan inovasi perusahaan secara keseluruhan.
Kesimpulan
Pernyataan Donald Trump tentang telah menemukan sekelompok orang kaya untuk membeli TikTok menambah babak baru dalam drama panjang antara AS dan aplikasi asal Tiongkok ini. Meski masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, satu hal yang pasti: masa depan TikTok di AS kini berada di tangan para investor dan keputusan politik tingkat tinggi.
Apakah kesepakatan ini akan berhasil? Apakah TikTok akan tetap eksis di AS? Jawabannya mungkin akan kita ketahui dalam beberapa minggu ke depan.
